Cara Cari Saham Murah

Posted on

Cara Cari Saham Murah untuk Investasi Di Bursa Efek Indonesia

Teman-teman, bulan Desember itu dikenal dengan Harbolnas, Hari Belanja Online Nasional 1212. Biasanya, di saat Harbolnas, semua barang menjadi lebih murah. Kali ini, aku akan cerita gimana sih cara cari saham murah supaya kamu bisa borong dan dapat cuan?

Sekarang ini, kita akan cari perusahaan-perusahaan yang sedang viscount. Gimana caranya? Yuk, langsung aja kita bahas.

Hai, sebenarnya numpang kepada teman-teman supaya kamu bisa ngikutin cerita di video kali ini, aku saranin sambil buka aplikasi RT Tono dulu tuh, kalau kamu belum ada. Teman-teman, supaya lebih gampang bayangin bisnisnya, kita bicara bisnis dagang rumah.

Kita pakai aja contohnya Pakuwon Jati atau disingkat Pyo n atau orang bilang Peon Tulo. Perusahaan yang punya mal-mal seperti Tunjungan Plaza di Surabaya, Kota Kasablanka di Jakarta, dan banyak lainnya.

Bisnis Pakuwon Jati itu ada yang jualan properti dan ada juga yang sewain properti. Sekarang kita lihat beberapa angka di RCTI. Apakah Pakuwon Jati atau tawon itu masih murah? Berikut ini tampilan dari Pawon. Sekarang ini, harganya diperdagangkan pada harga 545 rupiah per lembar.

Sebenarnya, kalau kamu mau beli 100% saham Pakuwon, maka kamu perlu siapin uang sebesar 26,25 triliun rupiah. Apakah Pakuwon termasuk murah di harga 545 rupiah perlembarnya? Yuk, kita coba analisa dengan pendekatan yang sederhana.

Cara untuk menghitung nilai saham itu kita sebut valuasi atau dalam bahasa Inggris disebut stock valuation. Valuasi saham itu ceritanya adalah patokan bersama untuk mengetahui berapa sih nilai wajar sebuah perusahaan.

Contoh, berapa harga segelas kopi ada kedai kopi yang jual di harga Rp10.000, berkelas ada juga yang 15000 per kelas Rp20.000 kelas bahkan ada yang jual kopi itu 30.000 perkelas, kedai kopi lokal di depan kantor Finansialku itu jual kopi item seharga Rp10.000 berkelas.

Kita sih, soalnya ya wajar aja ya, enggak murah. Yang gak mahal, normal aja. Kalau Starbuck jual kopi hitam seharga 10 ribu berkelas, maka kita akan bilang murah. Kenapa murah? Karena harga segelas kopi hitam di Starbuck itu bisa 29.000 sampai 30 ribuan rupiah berkelas.

Bagaimana cara kamu mengetahui atau mengatakan sebuah saham itu murah atau mahal? Jawabannya, ada banyak cara. Ada yang namanya dividen konstan cruods, ada yang namanya discounted free cash flow, ada juga yang UV perfect, dan masih banyak lainnya. Kali ini, aku akan cerita yang gampang-gampang aja supaya kamu yang baru mulai investasi saham bisa mulai coba.

So guys, coba lihat gambar berikut ini. Kita akan bahas bagian valuation, yaitu satu dividend yield, dua price earning ratio atau peer, ketiga price ratio, keempat price book value rasio atau PVR, dan yang terakhir price keslow rasio atau PC FR.

Pertama, dibyo kamu masih ingat video pertamaku yang bahas mengenai saham Hero? Judulnya “Jarang Orang Tahu, Hero Cara Mulai Prestasi Saham Mulai Dari Nol”. Dividend Yield adalah perbandingan antara dividen yang dibagi dengan harga sahamnya.

Misalnya, saham Pakuwon itu membagi dividen Rp7 per saham, sedangkan harga saham sekarang adalah 545 rupiah. Maka, DVD-nya adalah 7 dibagi 545, atau 1,8 persen. Perusahaan dikatakan memiliki dividend yield yang besar jika nilainya lebih dari lima persen.

Kedua, Price Earning Ratio (PER). Sebagai seorang investor, kita pemilik bisnis, kita juga penasaran kan berapa sih penghasilan yang didapat dari setiap lembar saham yang kita miliki? Dalam bahasa Finance, kita kenal istilahnya earning per share (EPS). Semakin tinggi EPS, maka semakin bagus. Kenapa? Karena setiap lembar saham yang kita punya itu bisa menghasilkan keuntungan atau laba yang lebih besar.

Contoh, dalam kasus Pawon, nilai EPS-nya adalah 17. Artinya, setiap lembar saham yang kita punya itu bisa menghasilkan laba bersih atau keuntungan sebesar 17 rupiah. Pertanyaannya, berapa harga yang harus kita bayar untuk bisa mendapatkan sebuah perusahaan yang bisa menghasilkan keuntungan per sahamnya 17 rupiah? Nah, itulah yang namanya Price Earning Ratio atau disingkatnya PER atau Paid Review, yaitu harga per lembar saham dibagi dengan earning persier. Misalnya, saham Pakuwon harganya 545 rupiah, sedangkan earning persennya adalah 17 rupiah. Maka, presenting rasionya adalah 545 dibagi 17, atau 32,05.

Coba kita lihat datanya di RTV, yaitu Price Earning Ratio (PER). Hasil perhitungan kita dengan RT itu bisa sedikit berbeda karena ada faktor pembulatan perhitungan angka. 32,77. Artinya, kita sebagai investor itu membutuhkan waktu sekitar 32 tahun untuk balik modal dengan asumsi laba bersih perusahaan tetap.

Semakin kecil PER, maka semakin cepat investor balik modal. Maka, semakin kecil PER, semakin baik. Sebuah perusahaan dikatakan murah jika PER-nya kurang dari 10 kali. Sampai sini, teman-teman masih ngikutin? Yuk, sambil diminum dulu kopinya.

Kelima, Price Cash Flow Ratio atau PCFR. Di awal kita sempat membahas revenue per share dan earning per share. Terkadang, kita sebagai player ingin tahu, lo, beberapa sih arus kas operasional yang didapat per lembar saham yang saya miliki?

Alexander Tedja: Crazy Rich Surabayan Pemilik Pakuwon Group