Ada banyak motifasi keberanian karena ada ragam pengertian keberanian yang mungkin saja melatarbelakangi sikap keberanian itu. Namun umumnya, orang menafsirkan keberanian itu adalah sikap terhormat dan mulia. Siapapun akan bangga bila disebut pemberani, dan siapapun biasanya akan tersinggung bila disebut pengecut, penakut, atau tidak berani.
Berikut ini adalah beberapa sumber informasi yang memicu keberanian yang benar :
1. Keimanan adalah bahan baku keberanian
Tidak ada satu pun prestasi hidup yang terwujud tanpa keberanian. Karena semua amal, semua pekerjaan, dan semua perilaku pasti memunculkan ragam resiko. Namun, tidak semua besar kecilnya resiko menjadi resiko akan dipandang kecil.
Karena itulah Nabighah Al Ja’di datang kepada Rasulullah saw dan dijelaskan kepadanya tentang sifat – sifat syurga. Saat peperangan berkecamuk, ia bergerak ke medan laga dan ditegur oleh Rasulullah saw, “hendak kemana engkau ya Aba Laila?” ia menjawab, “Ke syurga ya Rasulullah…”.
Apa yang dilakukah Nabighah itu adalah wujud dari keimanannya kepada Allah swt yang begitu kuat. Ia kemudian memandang segala resiko yang dihadapinya, menjadi tidak berarti. Ketakutan yang biasanya muncul dan melanda orang yang akan berperang pun menjadi sirna. Karena sebenarnya, ketakutan akan muncul saat seseorang tidak memiliki rasa takut atau berani kepada Allah swt. Sebaliknya, keberanian akan berkobar saat kita mempunyai rasa takut dan tidak berani kepada Allah swt saja. Itulah inti keimanan. Itulah ketakutan berbalut cinta yang mulia, sekaligus keberanian yang terhormat. Dan itulah yang dimiliki Nabighah.
Lawan keberanian adalah pengecut. Wujudnya adalah sikap tidak mampu mengalahkan kekhawatiran berbagai peristiwa yang mungkin terjadi. Ini diakibatkan dari kurangnya keimanan kepada Allah swt. Allah swt menyebutnya dengan munafik (Al-Munafiqun, ayat 4)
Jadi, inti ketakutan yang memunculkan keberanian itu adalah ketakutan kepada Allah swt. Ketakutan seperti itulah yang menjadi penentu tingkat keberanian seseorang. Dan itulah keimanan. Manakala seseorang yakin bahwa ia berada di jalan Allah swt diiringi dengan pemahaman yang dalam terhadap keimanan, maka ia akan menyimpulkan keberaniannya selalu berakhir kebaikan
2. Setiap orang mempunyai modal untuk berani
Sumber keberanian ada di dalam diri, di hati. Bentuknya adalah keteguhan hati, ketenangan hati, kekuatan hati saat menghadapi ragam kesulitan dan ketakutan.
Keberanian mempunyai lapangan yang luas. Keberanian, tidak hanya berarti keberanian menghadapi ancaman bahaya, atau tidak takut saat menghadapi kesulitan. Salah satu cara mengeluarkan keberanian adalah, dengan berpikiran positif.
Seorang yang berpikiran positif akan jauh dari ketakutan dan kegelisahan yang tidak proposional. Orang yang berpikir positif memiliki sifat yang istimewa. Misalnya saja tidak mudah merasa kalah menghadapi realitas tapi berusaha mencari alternatif. Mampu mengendalikan sikap dan tidak panik bereaksi.
3. Keberanian, kita yang menciptakannya
Keberanian itu adalah prilaku yang kita buat sendiri, bukan yang datang dari luar. Kita sendiri yang menciptakan diri kita sebagai pahlawan pemberani. Dan kita sendiri yang menjadikan kita sebagai orang pengecut atau pecundang
4. Bingkai keberanian dengan tawakkal
Keberanian dengan tawakkal ibarat dua sisi mata uang yang tak mungkin dipisahkan. Keberanian muncul karena tawakkal dan tawakkal harus ada setelah keberanian
Tawakkal artinya berserah diri, mempercayakan diri atau mewakilkan hanya kepada Allah swt. Inilah yang ditunjukkan Rasulullah saw saat diancam dibunuh oleh Du’tsur, salah satu orang kafir. Ketawakkalan beliau melahirkan ketenangan dan dan keyakinan hati, hingga memunculkan keberanian menghadapi ancaman apapun di hadapannya.
Tawakkal juga yang menjadikan Rasulullah saw gigih mendakwahkan Islam seorang diri menghadapi kaum Quraisy dan pemuka-pemukanya.