Musik
Fikih Doa yang Penting Dipelajari
Ya Allah, jadi kalau terjemah bebasnya begini:
“Mereka mengatakan aku nggak mungkin punya keturunan. Aku memohon darimu saja yang tidak punya batas dalam pemberian. Mereka, aku kemohon kepadamu yang tidak punya batas dalam pemberian. Doa sungguh engkau pasti mendengar doaku. Kalau kepada yang maha mendengar tidak terkabul juga, kepada siapa lagi aku mesti memohon?”
Ini ada fikih doa bagus sekali. Jadi kalau berdoa, sebutlah nama Allah sesuai permintaan yang kedua, cari bahasa yang menyentuh. Itu semua Nabi begitu.
Nabi Isa saat mengkonfirmasi umatnya di hadapan Allah, “Ya Allah, kalau engkau mau hukum itu hambaMu. Tapi kalau engkau mau ampuni, engkau yang paling banyak kasih sayangnya.”
Anak Ibu sudah mencederai nama baik keluarga. Tiba-tiba datang ke rumah untuk minta maaf, diterima nggak? Kadang cara menerimanya kan belum tentu langsung baik. “Kan ngapain ke sini, ada yang kamu bukan anak saya lagi, lantas anak siapa?” Tapi dimaafin juga kan. Lalu dia berkata, “Silahkan kalau Papa mau marah, mau pukul. Tapi saya anak Papa. Tapi kalau Papa Maafkan, memang papa adalah Papa yang penyayang yang selama ini seperti yang aku harapkan.” Dan air mata keluar. Ibu saja yang punya rahim, punya sifat kasih yang dalam. Apalagi Allah. Cari kalimat yang lembut, tapi Zakarya mengatakan, “Ya Allah, mereka mengatakan nggak mungkin. Maka aku memohon kepada-Mu yang tak punya batas.”
Dan kalau engkau aku mohonkan kepadamu tak mengabulkan juga, kepada siapa lagi aku mesti meminta. Dan itu dilakukan dalam salat. Dan masih berdiri, belum selesai shalatnya, baru mulai salat minta. Apa yang terjadi? Lihat ayat 39-nya. Pakai itu, huruf sambung antara dua peristiwa yang terjadi tanpa jeda: peristiwa pertama, berdoa; peristiwa kedua, dikabulkan. Antara berdoa dan dikabulkan, tidak ada jeda. Baru selesai minta, seketika, turun malaikat menyampaikan doamu, terjawab. Tidak menunggu salatnya selesai.
Ternyata kalau salatnya benar, itu seketika terjawab. Dan beliau meminta dalam keadaan berdiri. Nabi Zakaria. Seorang nabi ini. Saya ingin tunjukkan keutamaan dari barokahnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Nabi Zakaria. Seorang nabi. Shalat berdiri. Dikabulkan. Kita umatnya Nabi Muhammad. Sebelum salat, ditunggu oleh Allah, mau minta apa? Aku kabulkan. Maka turunlah Qur’an, Surah kedua ayat 45.
Kalau engkau punya persoalan, jangan mengeluh. Kata Allah, terima dulu dengan sabar, karena yang lain-pun punya masalah. Perhatikan fiqih masalah. Nanti kita belajar fiqihnya ya. Kata Allah, “Aku menitipkan masalah ini bukan ingin membuat kehidupanmu bermasalah, tapi meningkatkan kualitas hidupmu, supaya lebih baik kemudian hari.”
Karena itulah, ketika aku berikan, tak mungkin aku titipkan. Kalau engkau tak mampu, maka turun ayat berikutnya. Jadi, nggak mungkin diuji itu. Anda nggak mampu, nggak mungkin. Jadi, kalau Anda datang ke sini sekarang, sedang punya masalah seberat apapun itu, tandanya Anda yang mampu. Saya tidak dititipi itu oleh Allah, karena saya belum mampu. Anda mampu. Kalau Allah percaya kepada Anda, kenapa Anda pesimis? Lalu, katakan bahasa kitanya begini: pasti berakhir, pasti selesai, nggak ada yang nggak ada solusinya.
Terus, kita punya persoalan. Tanamkan ke dalam jiwa. Makanya, disebut al-insyirah. Sesuatu yang lapang. Kalau kita menerima dan mengatakan, seberat apapun pasti selesai, enggak mungkin Allah tinggalkan pada jiwa itu, minimal hati kita. Ya, dan itu yang punya kita di Qur’an. Katakan yang praktekkan.
Jepang betul. Di semua kegiatan, pakai dulu. Ada yang senafas dengan Songoku, Songgoan tuh, ada Benteng Takeshi. Kalau mau menaklukkan itu, ayo, kamu bisa, kamu bisa, kamu bisa. Kan dibuatkan optimisme dalam dirinya supaya bisa. Nah, ini kita ada ayatnya. “Pasti selesai”, kan?
Kalau anda lakukan dalam tidur pun masih bermasalah, ayatnya berbunyi, “Saya hapus dulu ya.”
Perhatikan Ayat 45 Surah ke-2
Bismillah
Jangan dihapus yang tidak ingin saya hapus ya, baik Qur’an,