Membuktikan Komitmen Berkeyakinan melalui Salat
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh, alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ala rosulillah wa ala alihi washahbihi. Obat-obat saudara-saudariku dimanapun anda berada. Semoga Allah senantiasa menyayangi, melindungi, dan membimbing kita ke jalan terbaik yang diridhoinya.
Setiap komitmen dalam berkeyakinan tentu membutuhkan pembuktian untuk menampar akan keseriusan dari komitmen berkeyakinan yang dimaksudkan. Halnya seseorang yang mengatakan kepada pasangannya, “Aku sangat mencintaimu” dan yakinkan itu didalam jiwamu dengan komitmen yang sangat tinggi.
Tentu semua itu membutuhkan pembuktian. Kata-kata itulah dia membuktikan cintanya dengan cara menikahi er dengan cara berkomitmen, memberikan perhatian, pelayanan, kasih sayang, dan turunan-turunan lainnya.
Komitmen keyakinan tertinggi dari seorang manusia adalah komitmennya untuk menjadi hamba berketuhanan yang menuhankan dan memberikan pembaktian khusus kepada Dzat yang ia pusatkan sebagai Tuhan. Bagi seorang muslim, tentu saja pusat kebertuhanan akan diserahkan, dipasrahkan, dan ditujukan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Untuk itulah, ketika seorang muslim berkomitmen untuk berkeyakinan teguh menuhankan Allah Subhanahu wa ta’ala yang dalam bahasa syariat disebut dengan iman yakin tanpa ragu, maka secara logis konsekuensinya ia harus membuktikan kebertuhanan Nya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ketika ditanya, “Bagaimana engkau membuktikan bahwa engkau yakin bahwa Allah adalah Tuhan, bahwa engkau menuhankan Allah subhanahuwata’ala?” Tentunya kita harus menunjukkan ekspresi keimanan itu dengan sebuah pembuktian.
Di sinilah ayat al-qur’an menghadirkan pesan-pesan penting yang tegas dan lugas, dari firman Allah Subhanahu Wa Ta’Ala kepada setiap hamba yang telah meyakini tanpa ragu akan keesaan dan ketuhanan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Quran surah ke-20, ayat ke-14, di antara sekian ayat yang menegaskan tentang pesan penting ini, Allah berfirman, “Indani Allaahu laa ilaha illa Ana” (artinya, “Tidak ada Tuhan yang layak dipertuhankan kecuali aku”).
Ketika seseorang telah meyakini dan mengimani tanpa ragu untuk menuhankan Allah subhanahu wa ta’ala dengan segala pembuktiannya, baik secara ilmiah, logis, ataupun dalil-dalil lain yang menguatkannya, konsekuensinya dia harus membuktikan keimanan kepada Allah.
Allah kemudian tegas menyampaikan dalam Al-Quran, “Wa aqimis sholata detik Rich” (artinya, “Tunaikanlah shalat sebagai pengingat kepadaku, pengingat imanmu yang meyakini aku sebagai Tuhan, pengingat penghambaanmu kepadaku, pengingat kepasrahanmu kepadaku”).
Salat yang menyambungkan hubungan kita secara rambani dengan Allah subhanahu wa ta’ala. Untuk itulah, Allah menugaskan di antara pesan-pesan penting kepada setiap nabi dan rasul yang diutus, untuk memberikan penjelasan akan pedoman-pedoman kehidupan kepada setiap umat di masa mereka, untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Salat menjadi bagian dari pembuktian iman kita kepada Allah subhanahuwata’ala. Salat adalah hal yang sangat penting untuk membuktikan keimanan. Salat adalah hal yang sangat penting untuk menjaga hubungan dan koneksi kita dengan Allah subhanahuwata’ala, yang dengan ketersambungan yang kuat itu, hadirlah kemudian perlindungan, penjagaan, dan pemberian keberkahan dari Allah subhaanahu Wa Ta’ala.
Karena itu, sudah sangat dipahami dengan jelas dan sangat dimafhum dengan logika yang nyata, bahwa Nabi Muhammad Shalallahu Alaihisalam rasul yang sangat istimewa, penutup para nabi, sudah pasti pula diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk menunaikan ibadah salat, sekaligus menyampaikan dan mengajarkan risalah ini kepada seluruh umat beliau, sampai kehidupan ini berakhir.