Alur Film Departures (2008) | Suka Duka Bekerja Jadi Pengurus Mayat

Posted on

Alur Film Departures (2008) | Suka Duka Bekerja Jadi Pengurus Mayat | Menemukan Makna dalam Pekerjaan Tak Biasa

Sebuah Profesi yang Tidak Biasa

Departures atau Okuribito adalah sebuah film dengan tema yang agak unik yang membahas tentang sebuah pekerjaan yang tidak biasa, yaitu merias mayat. Disutradarai oleh Yojiro Takita dan dirilis pada tahun 2008, film ini dibintangi oleh Masahiro Motoki, Tsutomu Yamazaki, Kimiko Yo, dan beberapa pemain pendukung lainnya. Departures telah memenangkan banyak penghargaan, termasuk Academy Award untuk Film Berbahasa Asing Terbaik pada tahun 2009. Mari kita jelajahi alur lengkap film Departures ini.

Seorang Pemain Cello yang Terpuruk

Kisah dimulai dengan seorang pria yang diminta oleh bosnya untuk melakukan pengurusan jenazah. Meskipun terkejut, pria tersebut, Daigo Kobayashi, menyetujuinya. Dia memulai prosedur pengurusan jenazah, di mana ia harus menghias jenazah sebelum dimasukkan ke peti untuk dikremasi. Pada awalnya, Daigo mengira jenazah yang ia urus adalah seorang perempuan, tetapi ternyata itu adalah seorang laki-laki. Film kemudian melakukan kilas balik ke masa lalu, sebelum Daigo menjadi pengurus jenazah.

Daigo dulu adalah seorang pemain cello di sebuah orkestra. Menjadi pemain cello adalah impiannya sejak kecil, dan dia bahkan membeli sebuah cello yang harganya sangat mahal. Namun, ketika orkestra tempatnya bermain dibubarkan, dia menjadi pengangguran dalam sekejap. Tanpa bakat yang cukup untuk melamar di orkestra lain, Daigo merasa terpuruk. Saat ia melamar pada istrinya, Mika Kobayashi, ia berjanji akan membawa Mika berkeliling dunia untuk menonton penampilannya. Namun, kenyataannya membuatnya menjadi pengangguran.

Alur Cerita Film Shazam! (2019) | Lahirnya Superhero Berkekuatan Setara Superman ‼

Keputusan Menentukan Nasib

Dalam kegalauannya, Daigo memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Yamagata, dan Mika setia mengikutinya. Di sana, mereka tinggal di rumah lama Daigo, yang merupakan warisan dari ibunya yang membesarkannya sebagai ibu tunggal. Di lantai satu rumah tersebut, terdapat sebuah kafe yang dulu dijalankan oleh ayah Daigo sebelum ia meninggalkan keluarganya saat Daigo masih kecil.

Suatu hari, saat makan malam, Daigo melihat sebuah iklan lowongan pekerjaan di koran. Ia tertarik melamar karena syaratnya sangat mudah dan tidak membutuhkan pengalaman kerja. Ia berasumsi bahwa itu adalah agen perjalanan atau pekerjaan serupa. Keesokan harinya, Daigo pergi ke alamat yang tertera dalam iklan tanpa mengetahui jenis pekerjaan yang dilamar.

Departures: Pengurus Jenazah

Saat Daigo menunggu kedatangan bosnya, ia melihat sekitar kantor dan merasa kebingungan. Mengapa ada peti mati di sana? Saat wawancara dimulai, posisi yang dilamar ternyata adalah sebagai pengurus jenazah. Bahkan tidak membutuhkan riwayat hidup. Satu-satunya pertanyaan yang diajukan adalah apakah Daigo akan bekerja dengan sungguh-sungguh. Dan karena jawabannya adalah iya, Daigo langsung diterima. Bahkan, dia diberikan kartu nama dan digaji pada hari pertamanya.

Daigo mulai bekerja sebagai pengurus jenazah di agen pengurus jenazah yang hanya memiliki dua orang staf. Bosnya, Sasaki, dan seorang karyawan bernama Yuriko Uemura. Sasaki, yang memiliki mata yang tajam dalam menilai orang, merasa bahwa Daigo cocok untuk pekerjaan ini. Meskipun keputusan untuk bertahan atau tidak ada di tangan Daigo, Sasaki memberinya kesempatan untuk mencoba. Jika Daigo merasa tidak cocok, ia dapat keluar kapan pun. Pekerjaan pertama Daigo adalah mengurus jenazah seorang nenek yang tinggal sendirian dan meninggal selama dua minggu. Meski takut dan merasa mual, Daigo melakukan tugasnya dengan susah payah.

Perubahan dan Penerimaan

Setelah tugas pertamanya, Sasaki memberi Daigo waktu libur untuk beberapa saat karena ia tahu betapa sulitnya melihat jenazah pada hari pertamanya. Daigo menjadi murung dan terus memikirkan pekerjaannya. Namun, ia akhirnya mulai terbiasa dan melihat nilai dalam pekerjaan tersebut. Di malam hari, Daigo memainkan cello lamanya, dan dalam perjalanan musiknya, kenangan masa lalunya terungkap. Ia teringat akan ayah dan ibunya, dan keluarga bahagia yang mereka miliki.

Daigo bertemu dengan banyak orang dalam pekerjaannya sebagai pengurus jenazah. Ia melihat berbagai reaksi keluarga terhadap kematian dan bagaimana mereka menghadapinya. Pandangannya tentang pekerjaannya berubah seiring berjalannya waktu. Suatu hari, istrinya memberinya kabar bahwa ia sedang hamil. Daigo sangat bahagia mendengar kabar tersebut, tetapi Mika masih belum menyerah. Ia tetap ingin Daigo meninggalkan pekerjaannya karena sulitnya menjelaskan pekerjaan Daigo pada anak mereka kelak. Namun, Daigo tidak punya niat untuk berhenti karena ia merasa sudah menemukan tempatnya.

Menerima dan Menghargai

Walaupun pekerjaannya sering dipandang rendah oleh orang-orang, Daigo melanjutkan tugasnya dengan tekun. Meski tidak disukai oleh orang lain, ia tetap berpegang pada prinsipnya. Selama melaksanakan pekerjaannya, Daigo bertemu dengan banyak orang dan mengurus jenazah dengan penuh perhatian. Setidaknya, masih ada orang yang menghargai pekerjaannya.

Daigo tidak memiliki banyak teman dan menghabiskan waktu dengan Sasaki dan Yuriko. Bahkan pada malam Natal, ia kadang memainkan solo cello-nya. Di balik itu, ia terus dihantui oleh kenangan dan pengalaman dalam pekerjaannya. Namun, ia tumbuh menjadi sosok yang lebih matang.

Suatu hari, kabar meninggalnya nenek pemilik pemandian umum menyebar di desa. Nenek tersebut telah bekerja di pemandian tersebut sampai tua. Meskipun putranya ingin menjual pemandian tersebut, sang nenek tetap ingin bekerja selagi masih bisa berdiri. Nenek pemilik pemandian tersebut mengenal Daigo sejak kecil, dan putranya adalah teman baik Daigo yang dulu menasihatinya untuk meninggalkan pekerjaan “memalukan” itu.

Kisah berlanjut saat Daigo melanjutkan pekerjaannya sebagai pengurus jenazah meski desas-desus tentang pekerjaannya mulai menyebar di desa. Teman-teman baiknya bahkan menyarankan Daigo untuk berhenti dari pekerjaan tersebut. Istri Daigo, Mika, juga mengetahui tentang pekerjaan suaminya setelah melihat rekaman video pengurusan jenazah yang direkam oleh Sasaki. Mika merasa malu dengan pekerjaan Daigo dan menginginkannya bekerja dalam pekerjaan yang lebih “normal”. Bahkan, ia menolak disentuh oleh Daigo karena merasa malu akan dirinya.

Namun, Daigo tetap melanjutkan pekerjaannya dengan tekun. Ia melakukan tugasnya dengan penuh perhatian dan rasa hormat terhadap jenazah serta keluarga yang ditinggalkan. Meskipun dihina dan dipandang rendah oleh orang-orang sekitarnya, Daigo merasa bahwa pekerjaannya memiliki arti yang dalam. Ia semakin yakin bahwa inilah tempatnya, meski tidak semua orang memahaminya.

Selama melaksanakan tugasnya, Daigo bertemu dengan berbagai macam orang dan mengurus jenazah dengan cerdas. Ia menyaksikan berbagai reaksi keluarga terhadap kematian dan belajar untuk memahami nilai-nilai hidup dan kehidupan yang singkat. Pandangannya tentang kematian dan pekerjaannya sebagai pengurus jenazah mulai berubah. Ia mulai menghargai setiap momen dan merenungkan makna sejati dalam hidup.

Walaupun pekerjaannya tidak populer di mata orang banyak, Daigo terus melaksanakan tugasnya dengan integritas dan keberanian. Ia menghadapi diskriminasi dan penilaian negatif dengan tegar, karena ia tahu bahwa pekerjaannya memberikan layanan yang penting bagi masyarakat. Daigo menerima kenyataan bahwa tidak semua orang akan memahami dan menghargai pilihannya, namun ia tetap teguh pada keyakinannya sendiri.

Pada akhirnya, Departures mengajarkan kita untuk melihat kehidupan dan kematian dengan sudut pandang yang berbeda. Film ini mengajarkan tentang pentingnya menerima diri sendiri dan pekerjaan yang dipilih, meskipun tidak selalu mendapatkan pengakuan atau dukungan dari orang lain. Departures menggambarkan perjalanan seorang pria yang menemukan makna sejati dalam pekerjaannya yang tidak biasa, dan menginspirasi penonton untuk menghargai setiap momen hidup dengan bijaksana.