Pejuang Wanita Yang Berani
KHAULAH BINTI AL-AZUR – SRIKANDI DALAM PERTEMPURAN
Ketika ia melihat pasukan Islam terdesak dalam suatu pertempuran dan banyak yang gugur, maka tidak ada pilihan lagi untuk khaulah kecuali ikut berjuang membantu pasukan Islam. Ia tidak ingin tubuhnya di jamah kaum kafir, apalagi sampai menjadi rampasan dan di jadikan budak kaum kafir. Baginya lebih baik mati dari pada menjadi budak kaum kafir. Meskipun ia seorang wanita ia tunjukkan keberaniannya dan semangatnya dalam menebas batang leher kaum kafir. Maka sejak saat itulah ia sering terjun ke medan pertempuran dengan menutup mukanya (memakai cadar).
Dia mendapat tes yang baik di negeri syam, tepatnya tatkala pasukan Islam bisa menaklukkannya pada masa Khalifah Abu Bakar. Sementara itu ia hidup sampai Khalifah Usman bin Affan, sehingga dia bisa menyaksikan berbagai peristiwa dan bergabung dalam berbagai peperangan. Khaulah menunjukkan keberaniannya dan heroikannya, yang mampu mengundang decak kagum dan tak ajub, tatkala dia berusaha menyelamatkan saudaranya Dhirar bin Al-Azur dari tawanan pasukan romawi.
MEMBEBASKAN SAUDARANYA
Pada waktu terjadi perang antara pasukan Islam dan Romawi, dimana pasukan Islam di pimpin oleh Khalid bin Walid dengan gigihnya menyerbu Ajnadin dari palestina. Pasukan Romawi dipimpin oleh Teodore dari sisi utara Syam (Suriah) menghalangi pasukan Islam.
Ketika keua tim ini bertemu dan terjadi pertempuran yang sangat hebat, tiba-tiba terdengar berita bahwa Dhirar sala seorang pejuang Muslim yang sangat berani keturunan raja dan Amir itu tertawan oleh pasukan Romawi. Tertangkapnya Dhirar ini membuat marah panglima perang Islam, Khalid bin Walid. Ia lalu memerintahkan pasukannya untuk membebaskan Dhirar komandan pasukan dengan jalan apa pun.
Pasukan Islam terus menyerbu dan terjadi perang yang lebih dahsyat. Dalam pertempuran tersebut pasukan Romawi disibukkan oleh seorang prajurit Islam yang bercadar, yang bertempur mati-matian dan banyak menewaskan beberapa prajurit Romawi. Ia bertempur tanpa mengenal lelah dan pantang mundur, ia terus mengobrak-abrik pertahanan pasukan Romawi dengan gagah beraninya.
Tidak jelas siapa dia, karena yang terlihat hanya matanya saja. Dia mengikat pinggangnya dengan kain sorban berwarna hijau, dan juga membelitkan kedada dari bagian belakang.Dengan gagah berani dia menerobos, berputar, melompat kesana kemari ditengah kancah peperangan, menyabetkan senjata dan menyibak hadangan musuh tanpa ragu-ragu dan tanpa menoleh kebelakang.
Panglima Khalid sendiri menjadi heran, siapa gerangan prajurit bercadar yang bertempur habis-habisan itu. ketika ia ditanya namanya, prajurit bercadar itu mengelak, tetapi khalid terus mendesak. Barulah prajurit bercadar itu menjelskan.
“Wahai panglima, aku tak menghindar darimu kecuali hanya karena rasa malu terhadapmu. Anda seorang panglima besar, sedang aku adalah wanita bercadar. Tapi aku terpaksa melakukan ini karena hatiku sakit dan marah. Aku adalah Khaulan binti Al-Azur. Aku sedang bersama wanita kaumku . Kemudian datang orang memberi kabar bahwa saudaraku Dhirar tertawan, maka aku pun naik kuda dan melakukan apa yang Anda lihat ini! “.
Hati Khalid menjadi sedih bercampur heran, mengapa sampai wanita keluar ikut berjihad dengan gigihnya untuk menyelamatkan tawanan perang. Maka khalid berjanji akan menyelamatkan dhirar dari tawanan musuh. Perlawanannya mulai berjuang lagi dengan melakukan sekali serangan secara serentak, akhirnya peperangan berhasil dimenangkan kaum muslimin di Ajnadin, serta bisa membebaskan dhirar dari tawanan musuh.
Tidak begitu lama perang berkecamuk lagi antara pasukan muslim dan Romawi di Maraj Dabiq. Dalam pertempuran yang kedua ini khaulah kehilangan lagi saudaranya, karena tertawan musuh untuk yang kedua kalinya. Ia merasa sangat putus asa dan bersedih. Dia lalu meminta pasukan Islam untuk melancarkan serangan yang lebih dahsyat ke pasukan Romawi guna membebaskan saudaranya. Ia pun menghimpun beberapa kaum wanita untuk membangkitkan semangat tim dalam peperangan, sehingga api peperangan benar-benar bergelora. Tim terus merangsek ke utara Syam dan dapat mengepung kota Antokia dan membebaskan para tawanan, termasuk pula Dhirar.
MEMBERONTAK KETIKA DI TAWAN MUSUH
Namun takdir Allah menghendaki yang lain. Karena pada saat Dhirar selamat dari tawanan musuh, justru Khaulah dan beberapa wanita muslimah tertawan musuh. Meskipun dirinya ditawan oleh pasukan Romawi, Khaulah pantang menyerah pasrah. Kepada teman-teman wanitanya yang sama-sama tertawan ia berseru: “Wahai putri-putri Himyar, sisa keturunan Tubba ‘, apakah kalian rela terhadap orang-orang kafir menjamah dirimu dan anak-anakmu menjadi budak mereka?. Lebih baik kita mati dari pada menjadi tawanannya yang hina dan melayani Romawi keparat. “
Dengan semangatnya yang pantang menyerah, Khaulah mengomando teman-teman tawanan wanita untuk mengambil tiang-tiang kemah sebagai senjata untuk membela diri dan membunuh pasukan Romawi. Dengan tiang-tiang itu mereka melawan pasukan Romawi dengan memukul kepala mereka. Berkat keberaniannya, mereka berani bebas dari tawanan musuh.
Begitulah dalam sejarah perjuangan Islam memang sering di jumpai “Srikandi-Srikandi” Islam yang dengan gigihnya bertempur bersama prajurit laki-laki. Mulanya mereka berada di belakang pasukan tempur, jika ada prajurit yang terluka merekalah yang merawatnya. Tetapi bila dalam kondisi mendesak, mereka tak segan-segan ikut terjun ke medan pertempuran.Khaulah binti Al-Azur adalah salah satu wanita di antara yang ikut dalam perang Ajnadin ke Syam di zaman pemerintahan Abu Bakar, di bawah pimpinan panglima perang Khalid bin Walid.
Khaulah binti Al-Azur merupakan sosok teladan yang hebat dalam kesetiaan seorang wanita terhadap saudaranya. Dia juga menjadi teladan yang layak ditiru dalam jihad fi sabilillah untuk wanita, membela agama, aqidah dan kehormatannya.