Pengaruh Sholat dan Al-Qur’an Terhadap Pengetahuan – Ustadz Adi Hidayat

Posted on

Pengaruh Sholat dan Al-Qur’an Terhadap Pengetahuan

Dalam perjalanan hidup ini, ada tiga elemen penting yang menjadi landasan bagi setiap muslim yang berusaha meningkatkan diri dalam agama Islam: iman, ilmu, dan takwa. Ketika tiga hal ini menyatu dalam diri seseorang, maka akan tercipta keadaan yang memungkinkan percepatan spiritual dalam mencapai keberkahan dan pengetahuan yang lebih mendalam tentang agama.

Amalan pertama yang harus diperhatikan adalah salat

Pertama-tama, penting untuk memperkuat iman melalui ibadah dan amal sholeh. Amalan pertama yang harus diperhatikan adalah salat. Bahkan pada usia dini, anak-anak sebaiknya dilatih untuk menjalankan salat dan membaca Al-Quran.

Sebagai contoh, Ibnu Sina, seorang tokoh muslim terkenal, bukan hanya mempelajari sejarah dan geografi dalam buku-buku, tetapi juga rutin pergi ke masjid untuk melaksanakan salat dua rakaat. Kini, kita pun bisa menemukan orang-orang yang bahkan lebih hebat daripada Ibnu Sina dalam hal menghafal dan memahami Al-Quran.

Mereka menghafal dengan baik semua ayat dan bahkan mampu menyebutkan nama asli Nabi Muhammad, yakni Muhammad bin Abdullah, serta nama bapaknya, Ismail, dan kakeknya, Ibrahim.

Ada suatu rahasia penting yang terkait dengan salat dan Al-Quran. Dalam kisah viral tentang Surat Al-Kahfi, terdapat dua anak yatim yang diberkahi karena kebaikan orang tua mereka yang saleh. Mereka diarahkan untuk mendedikasikan diri mereka dalam salat dan Al-Quran.

Ketekunan ibu dalam mendidik mereka untuk melaksanakan salat dan membaca Al-Quran sangatlah konsisten. Bahkan, mereka memiliki mihrab pribadi di rumah mereka. Jika Anda ingin mendapatkan percepatan dalam dikabulkannya doa dan kemudahan rezeki, memiliki mihrab pribadi di rumah bisa menjadi salah satu rahasianya.

Mihrab tersebut tidak harus berada di ruangan khusus, bahkan selembar sajadah pun bisa dijadikan tempat khusus untuk beribadah. Di dalam mihrab tersebut, bacalah Al-Quran, lakukan salat, dan berzikir. Namun, saat berada di mihrab, hindarilah melakukan kegiatan selain ibadah, termasuk selfie dan membuat status di media sosial.

Ketika berada di mihrab, jangan diganggu atau terganggu, dan biarkan segala yang terjadi berjalan sesuai dengan takdir yang telah ditentukan oleh Allah. Mengamalkan hal ini dengan tekun akan membawa percepatan dalam pemberian dari Allah.

Sebagai contoh, Al-Bukhari, seorang ulama terkenal, sejak usia 2 tahun telah kehilangan penglihatannya. Meskipun ditinggal oleh ayahnya pada usia 4 tahun dan mengalami kebutaan, ibu dan wasiat ayahnya memberikan bekal penting kepadanya, yaitu salat dan Al-Quran.

Karena kedekatannya dengan Allah dan keberkahan yang datang melalui ibadah, terjadi hal luar biasa pada usia 4 tahun, yaitu matanya yang buta secara fisik dibuka oleh mata batinnya sehingga ia dapat dengan mudah menyerap apa pun yang diajarkan kepadanya.

Apa pun yang dibacakan kepadanya, termasuk karya-karya Al-Bukhari sendiri, akan langsung hafal dalam pikirannya. Ada dua jenis hafalan, yaitu hafalan di luar kepala dan hafalan di dalam kepala. Namun, hafalan di luar kepala adalah tahap awal.

Untuk mengungkapkan rahasia hafalan Al-Bukhari, perhatikan baik-baik kitab yang disebut Fathul Bahari oleh Al-Bukhari pada tanggal 16 Juli, pada halaman 34 di bagian kiri bawah, paragraf ketiga. Perhatikan dengan seksama dan fokus saat membaca. Saat mata Al-Bukhari dinyatakan buta secara permanen oleh dokter, semangat belajar Al-Quran-nya tetap tinggi.

Dia meminta ibunya untuk mengizinkannya bersekolah di Kutam untuk mempelajari Al-Quran dengan bimbingan seorang asisten. Ia pergi ke sana dengan didampingi oleh gurunya, dan banyak murid belajar di sana. Ketika pembacaan surat qaf selesai, gurunya iseng bertanya, “Siapa yang telah menghafal Al-Bukhari?” Meskipun dalam keadaan buta, Al-Bukhari mengangkat tangannya dan berkata, “Saya telah menghafalnya dalam pikiran saya.” Gurunya penasaran dan memanggilnya ke depan untuk membacakannya.

Al-Bukhari membacakan dengan sempurna, bukan hanya benar secara teknis, tetapi juga dengan keahlian dan karakter huruf yang sama seperti syekhnya. Sang guru kagum dan mengatakan, “Mulai saat ini, belajarlah hadis dengan senang hati.” Al-Bukhari kecil pulang ke rumah dan menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Ibunya memberinya nasihat untuk lebih memprioritaskan membaca Al-Quran sebelum hadis, namun tetap menghormati syekhnya. Al-Bukhari pun menjalankannya dengan baik.

Selanjutnya, ada suatu momen penting dalam kehidupan Al-Bukhari. Ibunya melakukan salat dan memohon kepada Allah di mihrabnya dengan kalimat rahasia dalam Surat Al-Isra ayat 110, yaitu memanggil Allah sesuai dengan kebutuhan kita. Melihat bahwa matanya tak kunjung terbuka, dokter menyatakan bahwa secara medis hal itu mustahil.

Namun, Al-Bukhari menyebut nama Allah yang Maha Melihat untuk membuka penglihatannya. Pada saat itu, yang buta secara fisik, tiba-tiba merasakan sesuatu dan dapat melihat kembali. Dia berlari mendekati ibunya dengan gembira. Singkatnya, dia bisa melihat kembali dan mulai mempelajari hadis serta menulis kitab Shahih Al-Bukhari selama 16 tahun.

Menulis kitab Al-Bukhari dimulai di Masjidil Haram di Mekah dan diakhiri di Masjid Nabawi di Madinah. Setiap kali Al-Bukhari hendak menulis hadis, dia selalu menunaikan salat dua rakaat terlebih dahulu. Jika pikirannya tenang, maka dia akan menuliskannya. Jika pikirannya tidak tenang, maka dia akan menundanya sampai pikirannya merasa tenang.

Al-Bukhari menjaga salat dan Al-Quran-nya dengan baik. Ijazahnya dalam penulisan kitab tersebut saya wariskan kepada para peserta karantina dari goa yang memiliki satu mata yang buta secara permanen. Pengalaman ini didukung oleh manajernya, di mana tiba-tiba ada perubahan dalam diri seseorang yang sedang menjalani proses 10 hari induksi di dalam goa.

Saat keluar dari kamar mandi, dia berteriak dengan gembira karena tiba-tiba matanya bisa melihat kembali. Perubahan tersebut terjadi karena interaksi langsung dengan orang-orang di sekitarnya dan juga karena kehadiran penghalang yang menghalangi mereka untuk berinteraksi secara langsung.

Berdasarkan pengalaman ini, penting bagi setiap individu untuk membangun hubungan yang kuat dengan Allah sebelum memulai segala hal dalam hidup. Iman merupakan landasan yang penting. Setelah itu, kita dapat menggabungkan iman, ilmu, dan takwa untuk mencapai pengetahuan yang lebih dalam dan mengalami percepatan spiritual.

Penting juga untuk menjaga salat dan membaca Al-Quran secara rutin. Meskipun tidak sempat menghafal seluruhnya, membaca Al-Quran dengan tekun, bahkan jika hanya satu halaman atau dua halaman setiap hari, dapat memberikan stabilitas mental dan memberkahi aktivitas kita.

Bacaan Al-Quran langsung mempengaruhi jiwa kita dan memberikan ketenangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Rasanya lebih mudah untuk memahami sesuatu, bahkan jika hanya satu kalimat, setelah membaca Al-Quran. Kadang-kadang, kita mungkin belum sepenuhnya memahaminya saat pertama kali membacanya, tetapi setelah pulang dan beristirahat, pemahaman itu datang.

Pada tingkat tertinggi, pemahaman akan sulit terlupakan. Pada tingkat kedua, pemahaman akan cepat terlupakan. Pada tingkat ketiga, pemahaman akan lambat datang dan lambat terlupakan. Pada tingkat keempat, maafkan saya, pemahaman akan lambat datang dan cepat terlupakan. Pada tingkat kelima, cepat mengingat dan sulit melupakan. Pada tingkat keenam, cepat mengingat dan sulit melupakan. Jadi, lebih sulit bagi kita untuk melupakan daripada mengingat.

Biasanya, kita akan memiliki utang ilmu di tingkat ini. Fokuslah pada ilmu ini. Setelah kita mampu mengaktifkannya, saya merekomendasikan tiga hal, yaitu salat, membaca Al-Quran, dan menghormati orang tua. Penting juga untuk menjaga salat minimal 40 rakaat setiap harinya. Jangan hanya meningkatkan salat pada waktu subuh menjadi empat rakaat, dan waktu Dzuhur menjadi lima rakaat.

Yang dimaksudkan adalah salat-salat fardhu, seperti 17 rakaat, ditambah dengan salat-salat sunnah, yaitu 12 rakaat, seperti dua rakaat sebelum subuh, dua rakaat sebelum Dzuhur, dan empat rakaat sebelum Ashar, Maghrib, dan Isya. Totalnya adalah 29 rakaat. Tambahkan 11 rakaat untuk salat tahajud, sehingga totalnya menjadi 40 rakaat. Ini adalah hal yang penting karena ada rahasia besar terkait dengan angka 40 dalam Al-Quran dan hadis.

Jika saya memiliki kesempatan untuk berkunjung lagi, saya akan mengungkapkan rahasia ini di tempat lain. Sebelum mengakhiri, ada satu hal lagi yang harus diperhatikan, yaitu membaca Al-Quran. Jika memungkinkan, hafalkan Al-Quran. Jika tidak, bacalah Al-Quran.

Sekarang telah ada penelitian baru yang menunjukkan bahwa orang-orang yang terbiasa membaca Al-Quran, bahkan jika hanya satu halaman setiap hari, akan memiliki ketenangan dalam beraktivitas dan mendapatkan berkah dalam hidup mereka.

Namun, jangan lupa untuk menjaga salat minimal 40 rakaat setiap harinya. Dalam menjalankan hal ini, ingatlah untuk memprioritaskan hubungan yang kuat dengan Allah. Semakin tinggi tingkat takwa kita, semakin banyak pengetahuan yang akan kita dapatkan.

Melalui ikhtiar kita, kita akan mengaktifkan sinyal-sinyal kebaikan dan potensi dalam diri kita, tetapi melalui takwa kita, Allah yang akan membuka jalan dan memberikan percepatan dalam hidup kita. Jadi, mari bangun hubungan yang kuat dengan Allah, padukan iman, ilmu, dan takwa, dan hadapi hidup ini dengan keberkahan dan pengetahuan yang mendalam.