Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Simaklah dengan iman dan penuh keyakinan Kalam Allah, “dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya…” (QS. At-Talaq [65]:3).
Apabila dahsyatnya petaka telah meliputi seorang hamba, dia harus berupaya keras untuk memerangi godaan syaithan yang membisikkan sikap putus asa dari rahmat Allah SWT. balasan atas upaya keras untuk menepis godaan syaithan ini adalah dilepaskannya ia dari malapetaka. Bentuk godaan syaithan tersebut di antaranya adalah agar seseorang meninggalkan berdoa bila tak kunjung dikabulkan.
Apabila seorang mukmin melihat kesulitannya tidak kunjung selesai dan hampir berputus asa setelah sering memohon kepada Allah, hal ini akan membuahkan sikap intropeksi diri. Dia menyadari bahwa doanya belum dijawab karena hatinya masih kotor. Perasaan seperti ini mendorongnya untuk bersimpuh hati secara total di hadapan Allah SWT. serta mengakui bahwa permohonannya belum pantas dikabulkan. Dengan demikian, dia akan cepat dilepaskan dari malapetaka. [Kitab Nurul Iqtibas bersama Al-Jami’ Al-Muntakhab: hal. 212-213].
Buah kesabaran
Setiap orang, baik mukmin maupun kafir, pasti mengalami cobaan hidup. Hanya saja, orang yang beriman berbeda dengan orang kafir dalam menyikapinya. Masa-masa sulit yang dialaminya dia hadapi dengan keteguhan hati, ridho terhadap ketentuan Allah, dan berbaik sangka kepada-Nya.
Allah SWT. mewujudkan harapan Yakub a.s. Allah pun mempertemukan bapak dan anak yang saling merindukan ini.
Kisah orang-orang yang dilepaskan dari penderitaan hidup, baik umat terdahulu maupun di umat ini, telah banyak dibukukan. Di antaranya kitab al-Faraju Ba’da asy-Syiddah dan Mujabid Da’wah karya al-Imam Ibnu Abid Dunya rahimahullah. Demikian pula kitab-kitab yang menyebutkan tentang karomah para wali yang ditulis oleh ulama Ahlus Sunnah dan kitab-kitab sejarah. Hal ini membuktikan bahwa Allah SWT. mendengarkan penderitaan orang yang hanya bergantung kepada-Nya. WAllahu a’lam bishshowab.