Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan [Bagian 2] – Ustadz Adi Hidayat

Posted on

Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahua : Pentingnya Menghafal Quran

Potensi Menghafal Quran

Saat nabi mulai mendapat wahyu, beliau berkeinginan menggerakkan potensinya untuk menghafalkan dengan kemampuannya. Apa kebiasaan yang muncul dari sifat pembelajar yang ingin cepat hafal? Ya teman-teman, kalau sedang mau ujian kan belajarnya menghafal. Kalau sedang menghafal, ada kebiasaan yang masih ingat nggak suka membacakan dengan cepat.

Ketika nabi mencoba itu, Allah mengembalikan pada fitrah kenabian. La tuh hannik bihi, Lisa Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam. Enggak usah engkau gerakkan bibirmu dengan cepat-cepat untuk berusaha menghafalkannya. Dengan keagunganku, begitu cara menerjemahkannya.

Karena nak di situ ta’fimunafsihi dengan keagunganku, biarkan nanti kami yang tanamkan langsung Qurannya dalam jiwamu. Diajarkan langsung sebagai manusia, cuma ikuti saja bacaan Jibril, ikuti langsung tertanam. Itulah nabi, tapi antum saya, kita nggak bisa begitu. Buktinya saya bacakan nasab nabi, belum tentu hafal.

Potensi Allah dalam Manusia

Firman Allah bahwa semua hambaku yang bernama manusia adalah hamba yang potensial pintar. Bahwa anda bersin sekali dua kali tiga kali pintar 2 kepintaran itu karena bukan nabi, maka ditanamkan dalam bentuk potensi.

Fitrah kita tidak sama dengan fitrah nabi. Kalau nabi diajarkan ditanamkan langsung, kita diberikan potensi pengetahuan. Itu yang Allah berikan pada manusia yang bukan nabi. Bentuknya potensi. Jadi, semua jenis pengetahuan itu potensinya diberikan dalam diri kita.

Jadi, Anda mau jadi apapun, sepanjang mampu mengeksplor potensi itu, Anda bisa dapatkan itu. Mau jadi ahli kimia, bisa fisika, bisa matematika, bisa dalam saat yang bersamaan ahli tafsir, misalnya ahli hadis, ahli Idrus itu Averus, itu kan ahli Quran, ahli hadis, ahli fiqih. Tapi, saat yang bersamaan, pemikir dan dokter bedah.

Bayangkan dokter bedah bisa nulis kitab fiqih perbandingan, nama kitabnya bidayatul mujtahid itu, yang nulis dokter bedah. Jadi, kalau kita bisa mengekspor dengan maksimal potensi yang Allah berikan itu, memijat dengan ikhtiar yang kuat menumpuk kepada bumi, ikhtiar yang kuat tapi Membangun hubungan dengan Allah yang dahsyat, itu keluar semua potensi.

Misalnya, fisika ada di sini. Masih ingat rumus energi potensial? M dikali G kali H. Energi potensial = m * g dikali H (massa kali gravitasi) ,a atas manusianya berpijak ke bumi. Ikhtiarnya tinggi, tapi bangun hubungan dengan Allah yang dahsyat. Itu keluar semua potensi. F1 = F2 (gaya gerak sama dengan gaya dorong). Apa yang masuk yang keluar. Semakin banyak masuk, semakin banyak yang keluar.

Anatomi Manusia dalam Alquran

Ini bukan tumbuh ya, bukan biologi yang dimaksudkan. Kalau ingin lebih dalam, saya punya buku. Yang saya tulis di sini buku kecil, tapi Insya Allah banyak manfaat, namanya manusia Paripurna makrifat. Saat Allah mencipta manusia secara umum, anatominya dibagi menjadi 3 bagian:

1. Aspek Jasmani Fisikal

Ini tahap awal penciptaan. Dalilnya kita turunkan Quran surah ke-15 ayat 28 sampai ayat 29. Bagaimana proses fisik itu berlangsung nanti ditafsir di Quran surah 22 ayat ke-5. Quran surah 23 ayat 11 sampai 13 rinciannya dijelaskan oleh Nabi.

2. Rohani

Yang baru ditanamkan rohnya, maka disebut dengan makhluk rohani ini. Bagian spiritual. Di Al Arbain, hadits nomor keempat, rawinya Abdullah, “Kemudian bagian keduanya baru ditanamkan rohnya”.

3. Intelektual

Bagian ketiganya baru kemudian ada akalnya. Intelektual.

Intelektual kita turunkan pelan-pelan. Ketika terbentuk fisiknya di awal masa pembentukan, usia 4 bulan, pelan-pelan. Jadi dibentuk dulu fisiknya, usia 4 bulan rohnya ditiupkan.

Tujuan Ilmu untuk Diamalkan – Ustadz Adi Hidayat