Ketika Rasulullah Saw mengalami penderitaan dan tantangan yang semakin sulit, khususnya sesudah meninggalnya Siti Khadijah, istri dan pamannya Abu Thalib, maka turunlah ayat yang menekankan kepada beliau dan umatnya untuk istiqomah atau memiliki pendirian yang kuat dalam mempertahankan nilai-nilai Islam dan memperjuangkan penegakannya.
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhanku Allah kemudian mereka istiqomah, maka mereka tidak ada rasa takut dan tidak berduka cita” (QS. Al – Ahqaaf [46]: 13)
Istiqomah ini merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim, karena dengan istiqomah itu, seorang muslim tidak akan dilanda oleh perasaan takut untuk mewujudkan nilai-nilai keimanan dan tidak akan berduka cita bila mengalami resiko yang tidak menyenangkan sabagai konsekwensi dari keimanannya, Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhanku Allah kemudian mereka istiqomah, maka mereka tidak ada rasa takut dan tidak berduka cita” (QS. 46: 13)
Perintah yang Berat Perintah istiqomah untuk selalu berada pada jalan yang benar dirasakan oleh Nabi Saw sebagai perintah yang sangat berat, bisa jadi bukan karena ia tidak bisa istiqomah, tapi ia khawatir bila umatnya tidak bisa istiqomah.
Ayat yang turun berkenaan dengan perintah istiqomah ini adalah sebagaimana Allah Swt berfirman: “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar sebagaimana yang diperintahkan kepadamu dan juga orang-orang yang telah bertobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas…”. (QS. 11: 112).
Ibnu Abbas seorang sahabat yang merupakan seorang ahli tafsir, seperti yang dikutip oleh Muhammad Ali Ash Shabuny dalam tafsirnya mengatakan: “Tidak diturunkan sebuah ayatpun dalam Al-Qur’an kepada Rasulullah Saw yang lebih berat dari ayat ini sampai sahabat-sahabat berkata kepada beliau :” Rambut engkau cepat beruban wahai Rasulullah “. Rasulullah menjawab : “Surat hud dan teman-temannya telah menyebabkan rambut saya cepat beruban”.
Karena itu, Ibnu Athiyah seperti yang juga dikutip oleh Ash Shabuny menunjukan kepada apa yang terjadi pada umat-umat terdahulu dan Rasulullah takut jika hal itu terjadi pada umatnya sehingga ketakutan itu telah membuatnya beruban.
Ini menunjukkan bahwa istiqomah itu bukan hanya penting, tapi juga menyangkut martabat manusia, kemuliaan dan kehinaan seseorang sangat tergantung salah satunya pada apakah ia bisa istiqomah atau tidak dalam memegang prinsip-prinsip kebenaran.
Karena itu, jangankan sampai berubah menjadi tidak benar, cenderung saja pada hal-hal yang tidak benar dan orang-orang yang melakukan hal-hal yang tidak benar sudah tidak dibolehkan oleh Allah SWT, sebagaimana dalam firman Allah dalam QS. 11: 113.
Dalam kehidupan sekarang, kekhawatiran Rasulullah atas ketidak Istiqomahan umatnya itu memang benar-benar terjadi, hal ini karena kita temukan begitu banyak orang yang tidak bisa istiqomah. Karenanya menjadi penting bagi kita untuk memahami hal-hal pokok apa saja yang harus kita miliki dalam masalah istiqomah.
Pertama, Istiqomah dalam Aqidah
Aqidah yang secara harfiah artinya ikatan menunjukan bahwa ketika seorang telah mengakui Allah SWT sebagai Tuhannya, maka ia harus mau terikat dengan segala prinsip-prinsip hidup yang telah digariskan oleh Allah SWT. Ibarat bangunan, aqidah adalah pondasinya sehingga luasnya bangunan itu akan berdiri sesuai dengan pondasinya.
Dalam kehidupan kita sekarang, kita dapati banyak orang yang tidak istiqomah dalam masalah aqidah sehingga keyakinan dan keterikatan mereka kepada Allah menjadi tidak kuat, misalnya saja ketika orang lain percaya perdukunan dan kelihatannya dia mencapai kemajuan, maka orang yang semula tidak percaya pada perdukunan menjadi percaya meskipun istilah yang digunakan bukan dukun lagi tapi orang pintar, paranormal, dll.
Kedua, Istiqomah dalam Syari’ah dan Akhlak
Sebagai konsekuensi dari keIslaman yang sudah kita nyatakan, maka setiap kita harus menyadari dan melaksanakan tuntunan syariat dan ketentuan akhlak yang telah diturunkan dan diatur oleh Allah SWT sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasul-Nya.
Istiqomah dalam syariat dan akhlak juga bisa kita pahami dari firman Allah dalam QS. 6: 153.
Dalam kehidupan sekarang, kita temukan begitu banyak orang yang tidak istiqomah dalam syariah dan akhlak, misalnya saja ketika seseorang mengalami kesulitan ekonomi, iapun menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta padahal sebelumnya ia berprinsip untuk mencari rizki secara halal.
Contoh lainnya adalah seseorang yang semula selalu jujur, tetapi ketika sudah punya hutang akhirnya menjadi selalu bohong, begitu juga orang yang semula begitu benci pada perzinahan tapi pada akhirnya ia melakukan perzinahan yang tercela itu, begitulah seterusnya.
Ketiga, Istiqomah dalam Perjuangan
Rasulullah saw diutus oleh Allah SWT untuk menyebar luaskan dan menegakkan agama Islam yang diturunkan kepadanya. Rasulullah dengan para sahabatnya telah menunjukkan hasil yang gemilang sehingga Islam tersebar luas dimana-mana dan kitapun menjadi pengikutnya sampai hari ini. Namun karena Rasulullah Saw dengan para sahabatnya yang menjadi ujung tombak dalam perjuangan sudah meninggal dunia dan Allah SWT tidak mengutus lagi seorang Nabi atau Rasul, sementara da’wah dan perjuangan menegakkan Islam itu harus terus dilanjutkan, maka menjadi tugas kita bersama untuk melanjutkan tugas perjuangan menyebarkan dan menegakkan value-nilai Islam.
Dengan demikian harus kita pahami bahwa istiqomah dalam perjuangan adalah meyakini misi kebenaran yang kita perjuangkan kemudian memperjuangkannya secara terus menerus, baik dalam kondisi senang maupun susah, banyak pengikut atau sedikit pengikutnya bahkan saat tidak ada penentang maupun banyak yang menentangnya.
Oleh karena itu, sangat penting bagi para pejuang Islam untuk memiliki kekuatan spiritual yang sebaik-baiknya, bila kekuatan rohani tidak dimiliki, maka tidak mungkin seseorang bisa bertahan dan terus menjalankan tugas-tugas perjuangan menegakkan nilai-nilai Islam.
Akhirnya memang harus kita akui bahwa istiqomah dalam hidup ini adalah sesuatu yang berat, tapi bukan berarti kita tidak bisa mencapainya sementara kita telah menjadi orang yang istiqomah, Allah SWT memberikan jaminan perlindungan dan kebahagiaan yang hakiki sebagaimana firman-Nya dalam QS. 41: 30-31.
Bentuk – bentuk Istiqomah sengaja kami jelaskan, dengan harapan kita dapat memahaminya dan mengamalkannya
Wallohu A’lam.