Dari Para Nabi Kita Diajari Keberanian

Posted on

Para nabi adalah orang -orang yang memiliki kadar keberanian yang tinggi. Sebab tugas kenabian memerlukan keberanian yang tidak sederhana. Belajar keberanian dari para nabi adalah belajar keberanian pada sumber yang nyata.

1. Keberanian Deklaratif Dan Konfrontatif

Dimulai dari keberanian deklaratif, dengan penegasan tentang jati diri, bahwa diri mereka adalah nabi yang  diutus untuk mengentaskan umat dari kesesatan menuju penghambaan kepada Allah. Kadang berlanjut demonstratif, bahkan kadang konfrontatif. Seperti nabi Yusuf yang secara deklaratif menyebut dirinya cocok untuk posisi bendahara negara

2. Keberanian Memikul Beban Pionir

Dalam hidup ada banyak hal yang kadang harus kita jalankan, sendirian. Ini memerlukan keberanian. Karenanya tidak banyak orang yang memilih menjadi pionir, walaupun ada banyak kesempatan. Rumusnya sangat mudah, namun prakteknya tidak mudah.
Nabi Ibrahim adalah contoh tentang keberanian dalam kesendirian. Tak ada kesendirian melebihi apa yang dirasakan Nabi Ibrahim. Ayahnya tidak sejalan dengan keyakinannya, dan raja Namrud tidak sejalan dengan keimanannya. Karena itulah Allah memberinya gelar Ummat, satu orang tapi dinilai sebagai ummat.

3. Keberanian Mengakui Kesalahan

Diantara bentuk keberanian adalah berani mengakui kesalahan, bahkan seketika. Itu memang tidak mudah. Nabi Nuh adalah contoh dan teladan yang mulia dalam soal ini. Ketika ia pada mulanya meminta kepada Allah agar anaknya diselamatkan dari banjir bandang.

4. Keberanian Menghadapi Kesulitan Dan Saat – Saat Terjepit

Tidak semua hidup kita berjalan dengan mulus dan lancar. Pada dasarnya hidup adalah perjuangan, kompetisi. Kita belajar dari Nabi Musa, tentang bagaimana keberanian di saat – saat sulit. Diantaranya saat mendakwahi Fir’aun yang kejam dan terdesak di laut Merah.

5. Keberanian Menjalani Proses

Hampir semua orang bisa dan suka menikmat hasil, tetapi tidak semua orang mau menjalani prosesnya. Di jalur proses inilah keberanian diuji. Keberanian untuk menanggung resiko. Keberanian yang dilakukan dalam waktu yang lama dan berulang, bentuknya berubah menjadi kesabaran.
Dalam contoh ini, kita bisa melihat bagaimana Nabi Musa ketika sedang bersama Hidir. Perjanjiannya, Musa tidak boleh bertanya. Tapi dia tidak tahan juga. Sampai akhirnya Hidir memutus kesempatan Musa untuk bersama – sama Hidir.

6. Berani Menerima Apa Yang Memang Hasil Kita

Apa – apa yang telah diberikan, diberikan, dijatahkan untuk kita, kita harus hadapi dengan berani. Menjadi miskin perlu keberanian untuk menghadapinya, tapi menjadi kaya, juga perlu keberanian untuk menjadi tahan, punya pengendalian, dan semangat derma yang produktif. Termasuk dalam hal ini adalah berani bersabar, atas jatah yang diberikan Allah kepada kita berupa penyakit. Seperti yang dialami oleh Nabi Ayyub as.

Akhirnya, ketidaktahuan adalah musuh keberanian. Sebesar apa pengetahuan yang kita miliki, akan memberi andil yang signifikan terhadap keberanian kita. Karenanya, hari ini dan hari-hari selanjutnya, kita hrus menambahkan kadar keberanian kita terus menerus. Tapi segalanya dimulai dengan mengubah diri kita, dari tidak tahu menjadi tahu.