Dibalik Kesulitan TERDAPAT KEMUDAHAN

Posted on

Sahabatku seperti halnya kita ketahui bahwa setiap orang yang hidup di dunia ini tentu akan melewati beragam peristiwa. Perubahan keadaan adalah suatu kepastian karena dunia hanya tempat persinggahan sementara. Hakikat ini seharusnya kita pahami agar kita tidak lupa diri kala memperoleh kenikmatan duniawi & tidak pula berlarut-larut dalam kesedihan atas materi yang luput kita dapatkan.

Dibalik%2BKesulitan%2BTERDAPAT%2BKEMUDAHAN
Marilah sejenak kita simak firman Allah ini dengan iman dan penuh keyakinan yang artinya,

“Setiap bencana yang menimpa dibumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.
Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu, dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. Al-Hadid [57]: 22-23),

Sungguh berhadapan dengan kenyataan yang pahit & berbagai problem yang menghimpit dirasa berat oleh jiwa. Manusia pun berbeda-beda dalam menyikapinya. Seorang mukmin sejati akan menghadapinya dengan penuh keteguhan hati, sedangkan orang kafir atau orang yang lemah imannya karena tidak memiliki pegangan keyakinan yang kuat akan terombang-ambing & salah jalan. 
Di antara mereka ada yang bunuh diri atau mendatangi dukun & para normal. Ada pula yang menempuh cara-cara sadis seperti membunuh, memukul, & merampok.

Peristiwa dahsyat menyikapi jati diri

Dalam kondisi biasa & tidak ada masalah, kepribadian seseorang terkadang sulit untuk diketahui. Dalam keadaan yang serba sulit akan muncullah jati dirinya yang sesungguhnya. Allah SWT. berfirman yang artinya,

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut [29]: 2-3).

Dalam surat Al-Baqarah, Allah SWT. menyebutkan tekad & semangat para pembesar Bani Israil untuk memerangi musuh mereka yang jahat, yaitu Raja Jalut & pasukannya. Mereka meminta kepada nabi mereka setelah wafatnya Nabi Musa a.s. agar diangkat seorang raja yang akan memimpin mereka berperang. Permintaan mereka dikabulkan & diangkatlah Tholut sebagai raja mereka. Ketika mereka berangkat berperang, ditengah perjalanan kesabaran mereka mulai melemah. Puncaknya adalah ketika mereka berhadapan langsung dengan pasukan musuh. Semangat yang tadinya membara kini tinggal cerita. Kebanyakan mereka mundur. Hanya sedikit yang teguh menghadapi musuh. (Lihat pada QS. Al-Baqarah [2]:246-249).

Oleh karena itu, Rasulullah saw. melarang umatnya mengharap-harap datangnya musuh dan bala’ (bencana). Mari kita simak sabda Rasulullah ini sahabatku yang artinya, “Jangan kamu mengharap-harap bertemu dengan musuh. (Akan tetapi), bila kamu bertemu dengan mereka maka bersabarlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Al-Munawi rahimahullah menerangkan, “Berjumpa dengan musuh adalah urusan terberat yang dirasakan oleh jiwa. Urusan yang belum tampak tidak seperti yang sudah terlihat nyata. Ketika yang dinanti-nanti menjadi kenyataan, tidak mustahil yang terjadi adalah kebalikan dari yang diharapkan.” [Faidhul Qadhir:6/504].

Tidak putus asa

Kondisi sulit yang berlarut-larut bisa menyeret kepada sikap pesimis atau berputus asa dari rahmat Allah SWT. Bila keadaan seseorang sampai pada taraf ini, dia telah terhinggapi sifat kekufuran. (QS. Yusuf [12]: 87).

Kekafiran yang ada pada mereka menjadikan mereka menganggap jauhnya rahmat Allah, sehingga rahmat-Nya pun menjauh dari mereka. Oleh karena itu, kita dilarang meniru mereka. Ayat ini menunjukkan bahwa seseorang memiliki sikap berharap sesuai kadar keimanannya.

Seorang yang mengetahui luasnya rahmat Allah SWT. tentu tak akan terhinggapi sikap pesimis. Bahkan, dia yakin bahwa setiap ada kesulitan pasti akan datang kemudahan setelahnya. (QS. At-Talaq [65]: 7).

Dahulu ada seseorang yang bisa menyewakan bighal (peranakan kuda dengan keledai) dari Damaskus ke negeri az-Zubdani. Ketika ia melakukan perjalanan, ada seseorang yang menemaninya. 

Ditengah perjalanan, ada seseorang yang menemaninya. Di tempat sepi dan jauh dari lalu lalangnya manusia, orang yang menemaninya justru ingin merampok harta & membunuhnya. Setelah orang itu diingatkan dengan Allah SWT. dan azab-Nya namun tetap pada tekadnya untuk membunuh, akhirnya dia pasrah. Ia meminta waktu untuk sholat dua raka’at sebelum dibunuh. 
Ketika ia berdiri sholat tak ada satu ayat pun yang bisa keluar dari lisannya karena dahsyatnya keadaan. Selang beberapa saat, keluar dari lisannya ayat yang artinya, “Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdo’a kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.” (QS. An-Naml [27]: 62)

Lalu, dia melihat seorang penunggang kuda membawa tombak mendatanginya dengan cepat. Setelah dekat, orang itu langsung menombak siperampok tersebut hingga mati. Orang itu ditanya, “Siapa kamu?” Dia menjawab, “Aku adalah utusan Dzat yang mengabulkan doa orang yang kesulitan.” [Lihat Tafsir Ibnu Katsir, surat an-Naml ayat 62, 3/383].

Ketahuilah bahwa penderitaan yang dialami manusia dengan beragam bentuknya bukan berarti tidak ada penyelesaiannya. Allah lebih sayang terhadap hamba-Nya daripada si hamba terhadap dirinya sendiri. Ada jalan keluar yang terbaik bagi seseorang sehingga terlepas dari malapetaka yang sudah menimpa atau menangkap musibah yang akan turun. Di antaranya,

1. Mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan ketaatan & meninggalkan hal-hal yang mendatangkan kemurkaan Allah. (QS 7:56),

2. Memperbanyak taubat & istighfar kepada Allah SWT., karena umumnya petaka yang menimpa disebabkan kemaksiatan & dosa. Orang yang beristighfar & mengakui kesalahan akan memperoleh kucuran rahmat & rezeki dari arah yang tidak terduga. (QS 71:10-12),

3. Memperkenalkan diri kepada Allah ketika dalam keadaan lapang, dengan selalu menjaga batasan-batasan-Nya & menunaikah hak-hak-Nya. Disebutkan dalam hadits Qudsi, “Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya… Apabila ia meminta kepada-Ku niscaya Aku akan memberinya, dan apabila ia meminta perlindungan-Ku niscaya Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari no. 6502),

Adh-Dhohak bin Qois rahimahullah berkata, “Ingatlah kamu kepada Allah disaat senang, niscaya Ia mengingatmu disaat sulit. Sungguh, dahulu Nabi Yunus a.s. selalu ingat Allah, sehingga tatkala ia ditelan ikan, Allah menyelamatkan beliau. (QS 37:143-144),

Adapun Fir’aun adalah seorang yang melampaui batas & tidak mengingat Allah. Ketika tenggelam, ia berkata, “Aku beriman sekarang”. (QS 10:91)

Disebutkan dalam hadits yang masyhur tentang 3 orang yang masuk ke dalam goa lalu pintu goa itu tertutup batu besar. Kemudian Allah menyelamatkan mereka dengan menggeser batu itu hingga mereka bisa keluar. Allah mengabulkan doa mereka karena mereka memiliki simpanan amal kebaikan di saat lapang. Amalan-amalan mereka adalah berbakti kepada kedua orang tua, meninggalkan kekejian padahal mampu melakukannya, dan menunaikan amanah atau menjaga titipan orang. [Kitab Nurul Iqtibas karya Imam Ibnu Rajab rahimahullah].

Demikian pula seperti yang Nabi saw. sebutkan dalam hadits, “Dan barangsiapa yang memudahkan orang yang kesulitan maka Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan tutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Allah akan membantu seorang hamba selama hamba itu mau membantu saudaranya.” (HR. Muslim),

4. Memohon kepada Allah dan mengarahkan hati hanya kepada-Nya. (QS 2:186),

Pintu Allah akan selalu terbuka bagi hamba yang menghendaki-Nya meskipun seluruh pintu & jalan yang selain-Nya tertutup.