Sahabatku ketahuilah bahwa ibadah secara bahasa bermakna merendah diri & tunduk. Sementara secara syar’i, ibadah memiliki banyak pengertian yg semuanya memiliki satu makna.
Diantara pengertian ibadah adalah merendahkan diri kpd Allah SWT. yg diiringi dgn rasa cinta kpd-Nya. Pengertian ibadah yg lain adalah menaati Allah dgn melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.
Pengertian ibadah yg lebih luas adalah nama yg mencakup segala sesuatu yg Allah cintai & ridhoi baik berupa perkataan & perbuatan, yg nampak maupun yg tersembunyi.
Pembagian ibadah
Ibadah terbagi menjadi 3: ibadah hati, lisan & anggota badan. Ibadah hati seperti rasa takut, berharap, rasa cinta kpd Allah, khawatir terhadap siksa-Nya, serta berniat adalah contoh ibadah hati. Sementara bertasbih, bertahlil, bertakbir, beristighfar, mengucapkan Alhamdulillah dsb adalah contoh ibadah lisan. Adapun melaksanakan sholat, puasa, menunaikan zakat, berhaji, bersedekah, dsb adalah contoh ibadah anggota badan.
Semua ibadah yg dilakukan oleh seorang hamba termasuk dalam ibadah hati. Ketika seseorang melaksanakan sholat maka sesungguhnya hatinya memiliki andil dalam ibadah tsb. Demikian juga ketika seseorang bersedekah krn Allah maka sesungguhnya hatipun memiliki andil dalam ibadah tsb.
Diciptakannya manusia adalah dalam rangka mereka beribadah kpd Allah. Allah menciptakan mereka bukan lantaran Allah membutuhkan mereka, namun manusialah yg membutuhkan Allah. Maka orang yg enggan utk beribadah kpd Allah adalah orang yg sombong, & orang yg beribadah kpd Allah disamping beribadah kpd selain-Nya adalah orang musyirk.
Orang yg beribadah kpd Allah tdk dgn syariat Allah maka ia adalah orang2 yg melakukan bid’ah, sementara orang yg beribadah kpd Allah dgn syariat-Nya maka ia adalah ahli tauhid.
Ibadah banyak macamnya, ibadah mencakup segala macam ketaatan yg nampak maupun tersembunyi. Maka di antara ibadah tsb adalah berkata jujur, membaca Al-Qur’an, berbuat baik kpd keluarga & kerabat, menghormati tamu, berbuat baik kpd tetangga, memberikan bantuan kpd sesama muslim, mencegah dari perbuatan keji & mungkar, memerintahkan kebaikan, menyantuni orang miskin, bertaubat kpd Allah, menerima segala keputusan Allah. Bersabar atas segala ketentuan Allah, bersyukur atas kenikmatan-Nya berharap rahmat Allah dsb.
Kebiasaan yg Bernilai Ibadah
Bahkan kebiasaan2 seseorang jika dilaksanakan dgn tujuan utk memperkuat dirinya guna melaksanakan berbagai ketaatan kpd Allah akan dinilai sbg ibadah. Yg demikian itu seperti makan, minum, berjual beli, mencari rezeki, menikah, tidur dsb. Maka kebiasaan2 ini jika diiringi dgn niatan utk Allah maka akan berubah menjadi sebuah ibadah yg krnnya seseorang akan mendapatkan pahala. Ibadah sifatnya adalah tauqifiyyah, yaitu tdk disyariatkan sedikitpun dari ibadah tsb kecuali dgn dalil dari Al-Qur’an maupun Hadits Nabi saw. Maka ibadah yg tdk disyariatkan adalah perkara baru yg diada-adakan & tdk akan diterima. Rasulullah saw. bersabda:
“Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada perintah kami maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Bukhari & Muslim).
Amalan tsb tdk akan diterima bahkan pelakunya akan mendapatkan dosa, krn hal itu menyelisihi syariat bukan sebuah ketaatan. Kemudian seseorang di dalam melaksanakan ibadah maka jalan terbaik baginya adalah melaksanakannya dengan tanpa meremehkan serta rasa malas, namun juga tdk berlebihan & melampaui batas. Allah berfirman:
“Maka tetaplah engkau (Muhammad) (di jalan yang benar), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertaubat bersamamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sungguh, Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud: 112).
Syaikh Abdurrohman As-Sa’di mengatakan: “Allah memerintahkan Nabi-Nya Muhammad saw. & orang2 yang bersamanya dari kalangan mu’minin agar berlaku istiqomah sebagaimana yg telah diperintah kpd mereka. Sehingga mereka menjalankan syariat yg Allah tetapkan, meyakini apa yg telah Allah sampaikan berupa aqidah yg benar. & mereka tdk menyimpang dari hal tsb baik ke kanan maupun ke kiri, serta agar mereka tetap dalam hal tsb tanpa berlebihan dgn malampaui batas istiqomah yg telah Allah tetapkan bagi mereka.” [Taisiru Karimir Rohman Fi Tafsiri Kalamil Mannan]
Ayat tsb menjelaskan langkah metode yg benar dalam melaksanakan ibadah, yaitu dgn bersikap lurus dalam melaksanakannya dgn tanpa berlebihan maupun melalaikan serta mengabaikan sesuai syariat yg telah ditetapkan.
Lihatlah bagaimana Rasulullah saw. menyikapi 3 orang sahabat yg ingin beribadah melebihi kadar yg sewajarnya. Salah seorang diantara mereka ingin berpuasa tanpa berbuka, diantara mereka ada yg ingin menghidupkan malam utk beribadah tanpa tidur, & yg ketiga tdk ingin menikah agar tdk mengganggu ibadahnya. Apa gerangan yg menyebabkan mereka melakukan hal tersebut? Hal itu disebabkan krn mereka melihat Rasulullah rajin melakukan ibadah sementara beliau telah diampuni dosa-dosanya yg lalu maupun yang akan datang. Maka beliau mengatakan: “Adapun saya, saya berpuasa & berbuka, bangun malam & tidur, serta menikahi wanita. Maka barangsiapa yang tidak suka dengan sunnah kami maka bukanlah ia dari golongan kami.” (HR. Muttafaqun alaihi).
Ibadah terpusat pada 3 perkara yaitu, Cinta, takut & berharap. Cinta disertai sikap merendah diri, & takut yg disertai dgn harapan harus ada pada setiap ibadah seorang muslim. (QS. Al-Ma’idah: 54).