Wanita Dan Segala Fitrah nya – Ustadz Adi Hidayat

Posted on

Wanita Dan Segala Fitrah : Perempuan dalam Perspektif Al-Quran

Dalam Al-Quran, terdapat ayat yang mengarahkan perhatian kita pada istilah “Nisa” (wanita) dalam Surah An-Nisa ayat 32. Ayat ini mengingatkan kita untuk memahami makna sebenarnya dari istilah tersebut. Terkadang, kita lupa apa arti sebenarnya dari istilah “Nisa” tersebut. Masalahnya adalah, “Nisa” bukan hanya sekadar perempuan, dan kita tidak perlu memaksakan arti yang tidak sesuai.

“Nisa” sebenarnya merujuk pada perempuan yang berkumpul bersama. Sebagai contoh, saat ini Ibu sedang berkumpul dengan Annisa. Namun, ketika mereka berada sendirian, mungkin Ibu lupa nama Annisa. Untuk mengingatkan kita, Annisa adalah sebutan ketika perempuan berkumpul. Namun, jika perempuan tersebut berada sendirian, namanya adalah “Mar’ah”, atau jika sudah menikah disebut “Mar’atun”.

Dalam ilmu psikologi, ada aspek perasaan yang sangat dalam dalam diri perempuan. Setiap pengalaman yang dialaminya akan disimpan di dalam perasaannya, bukan hanya dalam pikirannya. Hal ini berbeda dengan laki-laki, yang cenderung melupakan informasi yang tidak penting karena pikirannya terus berpindah. Namun, perempuan bisa sangat terikat dengan pengalaman dan menyimpannya dalam perasaannya sepanjang hidup.

Namun, seperti cermin yang pecah, cermin tetap bisa disatukan meski tidak memantulkan bayangan yang sempurna. Begitu pula dengan perempuan, mereka mungkin cepat memaafkan, tetapi sulit melupakan apa yang mereka alami. Misalnya, jika ada masalah dengan suami, masalah yang terjadi pada tahun 2023 bisa diungkit kembali seperti yang terjadi pada tahun 1983. Perempuan akan mengingat dan membicarakannya lagi. Ini adalah sifat alami mereka.

Surah An-Nisa ayat 34 menjelaskan bahwa perempuan memiliki kesempatan untuk berkumpul dan berbicara dengan teman-temannya. Namun, mereka tidak boleh membicarakan nabi atau melakukan curhat yang tidak bertanggung jawab. Istilah “Nisa” dalam ayat ini menunjukkan bahwa mereka istimewa karena memiliki hubungan yang mendalam dengan nabi. Mereka mewarisi kemuliaan dari nabi dan menjadi contoh teladan bagi semua perempuan di dunia.

Istri-istri nabi adalah contoh nyata dari karakter-karakter perempuan yang berbeda-beda. Setiap istri nabi mewakili karakter perempuan yang berbeda, seperti Khadijah yang berwirausaha, Aisyah yang aktif, dan Saudah yang memiliki bakat memasak. Masing-masing karakter ini menjadi teladan bagi perempuan di muka bumi.

Dalam pelajaran selanjutnya, kita akan mencari tahu karakter mana yang mirip dengan Ibu. Dalam hal fashion, kepedulian terhadap anak-anak, atau kegiatan sosial, kita akan menemukan karakter Ibu yang unik. Teruslah ikuti pelajaran ini dan kita akan menemukan bakat dan keunikan kita seiring dengan berjalannya hidup.